Manusia Dalam Konteks Budaya
A. Persamaan dan Perbedaan Manusia dalam Budaya
Dalam kehidupan sosial sehari-hari, sering dijumpai adanya persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan yang berkaitan dengan diri kita semua. Persamaan dan perbedaan tersebut bisa menyangkut masalah-masalah yang sangat pokok, maupun yang hanya sebagai pelengkap belaka. Berkaitan dengan persoalan ini, Allah Swt telah memberikan ajaran, pedoman dan tuntunan kepada manusia tentang bagaimana hendaknya kita, sebagai umat Islam, menyikapi semua persamaan dan perbedaan yang ada di antara kita. Dalam kaitannya ini, Allah Swt telah berfirman sebagai berikut :
يَاأَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
“Wahai semua manusia, sesungguhya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, agar kamu sekalian saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah itu Maha berilmu lagi Maha Mengetahui”. (al-Hujurât: 13)
Ayat di atas mencoba mengenai asal-usul kita sebagai manusia. Dalam ayat tersebut disebutkan bahwa seluruh manusia berasal dari seorang laki-laki dan seorang permpuan. Ungkapan ini mengisyaratkan bahwa kita semua berasal dari bahan dan dasar yang sama. Petunjuk itu mengisyaratkan bahwa kita semua berasal dari benih yang sama, kita semua bermula dari bahan dasar yang serupa. Karena itu, tentulah di antara kita semua terdapat persamaan-persamaan yang memang mesti ada. Persamaan-persamaan itu bisa menyangkut hal yang berkaitan dengan wujud fisik atau jasmani, dan bisa juga yang berkaitan dengan ruhani. Yang berhubungan dengan fisik adalah kesamaan yang ada pada sosok jasmani, seperti bentuk tubuh dan kelengkapan anggota ataupun indera pada semua manusia. Sedangkan yang berhubungan dengan ruhani, seperti persamaan-persamaan dalam sifat, sikap, tindak-tanduk,, keiginan hidup, bertahan hidup, berkarya, dan memiliki makna dalam hidupnya dan lain sebagainya.
Mengenai kesamaan manusia inipun dinyatakan oleh asumsi kaum idealis dan empiris (Russell, 1948). Kaum idealis berpendapat bahwa alam semesta (termasuk manusia) mempunyai bentuk ideal yang permanen. Sedangkan kaum empiris mengambil kesimpulan bahwa hanya yang diamatilah yang berbeda. Pengamat (orang) pasti sama dalam mereka mengamati hal yang sama, bila terdapat situasi yang sama.
Namun, selain ituada juga pendapat yang menyatakan bahwa manusia juga dikatakan mahluk yang unik sehingga antara satu individu dengan individu yang lain tidak sama. Perbedaan itu dapat dilihat dari dua segi yaitu:
1. Perbedaan segi horizontal : perbedaan individu dalam aspek mental.
2. Perbedaan segi vertikal : perbedaan individu dalam aspek jasmaniah.
Perbedaan individual disebabkan oleh dua faktor yaitu :
1. Faktor keturunan (bawaan kelahiran).
2. Faktor pengaruh lingkungan.
Sehingga manusia berbeda dalam cara mengatur kehidupan, memahami makna tertentu dalam kaitannya dengan budaya, serta pola pikir dalam menyikapi kemajuan dan perkembangan budaya.
B. Perbedaan Budaya Antar Suku di Indonesia
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki beraneka ragam suku bangsa di dalamnya. Keaneragaman tersebut dibuktikan oleh banyak pulau yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Begitu luasnya wilayah negara kita dan jumlah pulau yang lebih dari 17.500 buah. Dengan jumlah penduduk kurang lebih 200 juta orang dimana mereka tinggal tersebar dipulau- pulau di Indonesia. Mereka juga mendiami dalam wilayah dengan kondisi geografis yang bervariasi. Mulai dari pegunungan, tepian hutan, pesisir, dataran rendah, pedesaan, hingga perkotaan. Menggambarkan jumlah suku bangsa yang tersebar didalamnya. Dan setiap suku bangsa memiliki budaya sebagai hasil kreatifitas manusianya.
Bangsa Indonesia terdiri dari bermacam-macam suku bangsa. Tentunya banyak sekali perbedaan yang ada. Ada yang berbeda warna kulit, bentuk fisik, dan budayanya. Keanekaragaman suku bangsa menjadikan beranekaragamnya budaya yang ada. Setiap suku bangsa memiliki budaya yang berbeda satu dengan yang lainnya. Keragaman suku bangsa yang kita miliki merupakan kekayaan bangsa yang tidak ternilai harganya dan dapat memperkokoh persatuan bangsa. Hal ini merupakan kekuatan untuk membangun bangsa menjadi bangsa yang besar. Kita tidak boleh membeda-bedakan suku bangsa yang dapat mengakibatkan perselisihan dan kekacauan bangsa kita.
Bentuk keragaman budaya di Indonesia, di antaranya sebagai berikut:
1. Bahasa Daerah Setiap suku bangsa, memiliki bahasa sendiri. Contoh: bahasa Jawa, bahasa Madura, bahasa Batak, bahasa Sunda, bahasa Minangkabau, bahasa Bali, dan bahasa Banjar.
2. Adat Istiadat Adat istiadat meliputi tata cara dalam upacara perkawinan, upacara keagamaan, kematian, kebiasaan, dan pakaian adat.
3. Kesenian Daerah, meliputi seni tari, rumah adat, lagu daerah, seni musik dan alat musik daerah, cerita rakyat, serta seni pertunjukan daerah.
4. Sistem Kekerabatan Sistem kekerabatan meliputi sebagai berikut.
a. Sistem keturunan menurut garis ayah (patrilineal), di antaranya Batak, Bali, dan Papua.
b. Sistem keturunan menurut garis ibu (matrilineal), di antaranya suku Minangkabau.
c. Sistem keturunan menurut garis ayah dan ibu (bilateral).
Muatan Budaya dalam Konseling
A. Ekspresi Budaya
Ekspresi merupakan proses menyatakan maksud gagasan maupun perasaan sehingga ekspresi budaya merupakan sebuah ekspresi, sebuah proses penyampaian maksud gagasan ataupun perasaan yang dihasilkan dari manifestasi budaya yang telah dikembangkan secara turun temurun baik berbentuk maupun tidak. Ekspresi budaya tradisional mencakup musik tradisional, narasi dan literatur tradisional, seni tradisional, kerajinan tradisional, simbol/nama/istilah tradisional, pertunjukkan tradisional, seni arsitektur tradisional, dan lain-lain. Contoh ekspresi budaya tradisional dikelompokkan menjadi ekspresi verbal seperti berpantun, berpuisi, kata/tanda/simbol. Ekspresi musik seperti instrumen musik, pelantunan lagu. Ekspresi gerakan seperti tari-tarian, bentuk permainan, upacara ritual sesaji. ekspresi bentuk nyata seperti produksi seni tradisional (menggambar, memahat patung, kerajinan kayu, kerajinan logam, perhiasan, karpet tradisional, alat-alat musik tradisional, bangunan arsitektur tradisional).
B. Bahasa Non Verbal
Pada umumnya orang tidak menyadari pentingnya bahasa non verbal namun, berbagai pengalaman orang-orang sukses dan kajian ilmiah telah menjelaskan bahwa bahasa tubuh penting untuk dipelajari. Menurut pakar komunikasi Allan dan Barbara Pease dalam “The Definitive of Body Languanger” mengungkapkan bahwa seseorang yang melipat tangan ketika mendengar orang lain berbicara sebenarnya sedang mengirim pesan bahwa dia tertarik untuk mendengarnya. Sehingga bahasa non verbal berperan sebagai penyempurna proses komunikasi verbal, membantu memahami lawan bicara secara mendalam saat terjadinya “Face to face communication”, dan dapat juga sebagai pengganti pesan verbal.
Bahasa non verbal merupakan salah satu bentuk media komunikasi yang sama pentingnya dan banyak digunakan dalam berbagai situasi terutama berkaitan dengan sistem nilai, gaya dan bahasa tubuh, perasaan, dan emosi. Bahasa non verbal adalah proses komunikasi dimana pesan disampaikan tidak menggunakan kata-kata. Contoh komunikasi non verbal ialah menggunakan gerak isyarat, bahasa tubuh, ekspresi wajah dan kontak mata, penggunaan objek seperti pakaian, potongan rambut, dan sebagainya, simbol-simbol, serta cara berbicara seperti intonasi, penekanan, kualitas suara, gaya emosi, dan gaya berbicara. Bahasa non verbal dalam masyarakat yang masih sederhana dan tradisional masih dianggap efektif untuk menyampaikan pesan. Misalnya, di beberapa desa terpencil masih ditemukan kelompok yang masih sulit berbahasa Indonesia dan buta huruf. Keterampilan berbahasa non verbal tidak hanya digunakan untuk kepentingan itu saja tetapi, dalam pendekatan modern bahasa non-verbal dikaji dan dikembangkan sebagai bagian dari profesionalisme, gaya hidup dan model komunikasi yang dapat dipelajari terutama untuk pengembangan diri (self empowering) memahami perilaku orang lain (consumen behaviour), menganalisis perilaku yang ditunjukkan sebagai respon emosi dan perasaan personal. Keterampilan berbahasa non-verbal menjadi bagian penting dari kemampuan pendamping untuk mengenal sikap, perilaku, tindakan, dan harapan yang ditunjukkan melalui gerak tubuh yang terkadang sulit untuk dipahami.
Ada beberapa jenis bahasa nonverbal seperti ekspresi wajah, wajah merupakan sumber yang kaya dengan komunikasi karena ekspresi wajah cerminan suasana emosi seseorang.
Kontak mata merupakan sinyal alamiah untuk berkomunikasi. Hal tersebut dapat juga disebut dengan okulestik yaitu studi komunikasi yang disampaikan melalui pandangan mata. Dengan mengadakan kontak mata selama berinterakasi atau tanya jawab berarti orang tersebut terlibat dan menghargai lawan bicaranya dengan kemauan untuk memperhatikan bukan sekedar mendengarkan. Melalui kontakmata juga memberikan kesempatan pada orang lain untuk mengobservasi yang lainnya.
Sentuhan seperti bersalaman, menggenggam tangan, berciuman, mengelus-elus, pukulan, dan lain-lain adalah bentuk komunikasi personal mengingat sentuhan lebih bersifat spontan dari pada komunikasi verbal. Beberapa pesan seperti perhatian yang sungguh-sungguh, dukungan emosional, kasih sayang atau simpati dapat dilakukan dengan sentuhan.
Postur tubuh dan gaya berjalan. Cara seseorang berjalan, duduk, berdiri dan bergerak memperlihatkan ekspresi dirinya. Postur tubuh dan gaya berjalan merefleksikan emosi, konsep diri, dan tingkat kesehatannya.
Suara rintihan, menarik nafas panjang, tangisan juga salah satu ungkapan perasaan dan pikiran seseorang yang dapat dijadikan komunikasi. Bila dikombinasikan dengan semua bentuk komunikasi non verbal lainnya sampai desis atau suara dapat menjadi pesan yang sangat jelas.
Gerak isyarat, adalah yang dapat mempertegas pembicaraan. Menggunakan isyarat sebagai bagian total dari komunikasi seperti mengetuk-ngetukan kaki atau mengerakkan tangan selama berbicara menunjukkan seseorang dalam keadaan stress bingung atau sebagai upaya untuk menghilangkan stres.
Masing-masing bentuk bahasa ini menyampaikan pesan tentang tujuan atau perasaan tertentu.
Budaya asal seseorang amat menentukan bagaimana orang tersebut berkomunikasi secara nonverbal. Perbedaan ini dapat meliputi perbedaan budaya Barat-Timur, budaya konteks tinggi dan konteks rendah, bahasa, dsb. Contohnya, orang dari budaya Oriental cenderung menghindari kontak mata langsung, sedangkan orang Timur Tengah, India dan Amerika Serikat biasanya menganggap kontak mata penting untuk menunjukkan keterpercayaan, dan orang yang menghindari kontak mata dianggap tidak dapat dipercaya.
Refrensi
Mulyana, Dedy dan Rahmat, Jalaluddin. 2005. Komunikasi Antar Budaya. Bandung. PT. Rosdakarya
http://jatiseputro.blogspot.com/2009/09/jati-seputro_20.html
http://prasetijo.wordpress.com/2009/07/24/keragaman-budaya-indonesia/
http://gemasastrin.wordpress.com/2007/11/13
http://id.wikipedia.org/wiki
"http://www.crayonpedia.org/mw/KEANEKA_RAGAMAN_SUKU_BANGSA_DAN_BUDAYA_DI_INDONESIA_5.1_SITI_S"
http://www.conflictanddhttp://www.conflictanddevelopment.org/data/PCF%20material/CRT/peace/Bab%2014%20-%20Komunikasi%20Non-Verbal_BB_pub_1.pdfevelopment. org/data/PCF%20material/CRT/peace
Tidak ada komentar:
Posting Komentar